Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi - Hai teman Asuhan Keperawatan (Askep) Perawat, di Artikel ini yang berjudul Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik dan ringkas agar mudah di pahami untuk anda baca dan dapat di ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita Terkini Kesehatan, yang kami tulis ini dapat anda pahami dan bermanfaat. baiklah, selamat membaca.
Judul : Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi
link : Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi
Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi
Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak, Maswita Djaja, menilai, tingginya angka penyakit anemia pada perempuan sebagai penyebab besarnya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
"Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup dan merupakan tertinggi di Asia Tenggara. Salah satu penyebab AKI yang dominan adalah anemia," katanya, di Palangkaraya belum lama ini.
Maswita menilai, banyaknya kasus anemia membuat kondisi kesehatan perempuan Indonesia masih sangat rendah, selain banyak pula perempuan yang menderita kekurangan energi kronis (KEK).
"Semua itu berpengaruh terhadap angka kematian ibu karena hamil dan melahirkan," ucap mantan Kepala BKKBN Kota Depok, Jawa Barat ini.
Menurut dia, tingginya AKI bukan hanya masalah medis dan kesehatan tetapi sangat kental dengan masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonimian perempuan serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan.
"Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu dirubah secara sosio kultural, yaitu agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat," tegasnya.
Ia juga menekankan, perlunya upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.
Kendati status perempuan sangat mulia dan tak tergantikan, katanya, namun kesejahteraan perempuan sampai saat ini belum seperti yang diharapkan bersama.
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya persentase perempuan yang buta huruf yang mencapai 11,7 persen, dibanding laki-laki 8,5 persen, yang kemungkinan karena lama mengecap pendidikan sekolahnya hanya sekitar 6,5 tahun sedangkan laki-laki mencapai 7,6 tahun.
"Secara umum hanya angka harapan hidup perempuan yang mencapai 71,1 tahun, lebih tinggi dari laki laki yaitu hanya 67,1 tahun," ujarnya.
Ia mengakui, perempuan kebanyakan tidak mempunyai daya dan memutuskan sendiri masalah yang terkait dengan kesehatannya. Dalam aspek ekonomi, kaum perempuan banyak yang bergantung secara keuangan pada suami dan keluarga.
Data tahun 2005 menunjukkan, banyak kaum perempuan yang menganggur (13,5 persen) dibanding laki-laki (8,28 persen), sementara dari 32,4 juta perempuan yang bekerja, sebagian besar (68,1 persen) bekerja di sektor informal yang rentan dengan ketidakpastian upah, pendapatan, dan jaminan sosial.
Sebagian perempuan banyak yang mengadu nasib mencari kerja di luar negeri, dan hanya sebagian kecil yang memperoleh pekerjan formal, dan lainnya (70 persen) di sektor informal.
Jumlah penderita gizi buruk untuk anak dibawah umur lima tahun (Balita) di Kabupaten Gorontalo, telah melebihi standar nasional yang ditetapkan, yakni mencapai 1,47 %.
Melebihi standar nasional:
Pelaksana Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Mujayanto, ketika ditemui, mengatakan bahwa standar nasional yang ditetapkan untuk jumlah penderita gizi buruk di suatu daerah adalah 1 %.
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan data yang ada jumlah Balita didaerah itu Januari hingga Desember 2006 mencapai 43.688 orang, sebanyak 643 orang terkena penyakit gizi buruk.
"Jumlah ini masih lebih sedikit, jika dibanding dengan penderita gizi buruk di daerah lain," kata Mujayanto seraya menambahkan bahwa 10 balita penderita penyakit tersebut meninggal dunia setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit.
Sedangkan sejumlah anak lainnya meninggal dunia di rumah, di sebabkan banyak yang tidak mampu untuk mengadakan pengobatan di rumah sakit akibat perekonomian yang minim.
"Hingga akhir tahun 2006 ini, sudah 18 orang anak balita yang meninggal dunia akibat masalah gizi buruk," kata Mujayanto.
Menurut dia, gizi buruk merupakan masalah yang dihadapi oleh semua daerah di Indonesia, yang disebabkan oleh sejumlah faktor, diantaranya kondisi perekonomian.
Dia menjelaskan bahwa untuk menanggulangi masalah tersebut, dinas kesehatan Kabupaten Gorontalo, telah memberikan penyuluhan ke masyarakat mengenai pentingnya pemberian air susu ibu (ASI), bagi anak berumur 0 hingga 6 bulan.
Selain itu, sejumlah anak balita berumur lebih dari 6 bulan di daerah tersebut, telah mendapatkan bantuan makanan pendamping ASI, serta pelayanan tindakan medis secara gratis bagi anak yang menderita suatu penyakit akibat gizi buruk.
Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi
Itu tadi adalah Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi
Anda sekarang membaca artikel Anemia Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi dengan alamat link https://ners-ngenes.blogspot.com/2010/03/anemia-penyebab-angka-kematian-ibu.html
0 komentar
Posting Komentar