Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu - Hai teman Asuhan Keperawatan (Askep) Perawat, di Artikel ini yang berjudul Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik dan ringkas agar mudah di pahami untuk anda baca dan dapat di ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Contoh KTI, yang kami tulis ini dapat anda pahami dan bermanfaat. baiklah, selamat membaca.
Judul : Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu
link : Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu
Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu
A. Latar Belakang
Sebagai penjabaran dari visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang akan dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Dalam pelaksanaannya masyarakat harus dapat berperan aktif sejak dimulainya perencanaan kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2005).
Fungsi pemerintah lebih di tekankan pada penyediaan fasilitas, sarana pra sarana, pembinaan dan penyuluhan, serta penyediaan tenaga kesehatan. Bentuk peran serta masyarakat yang paling dominan dibidang kesehatan saat ini adalah posyandu, yang sudah mampu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), serta bisa meningkatkan rata-rata umur harapan hidup. Perkembangan terakhir, menunjukkan, bahwa walaupun secara kualitas jumlah posyandu yang ada saat ini sudah memadai, namun secara kualitas masih perlu di tingkatkan, misalnya kelengkapan sarana, dan ketrampilan kader yang masih rendah yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap menurunnya status gizi masyarakat, khususnya kelompok rentan yaitu bayi, anak balita, ibu hamil dan menyusui (Depkes RI, 2006).
Di Kabupaten Lampung Timur diperoleh data angka kematian bayi pada tahun 2005 adalah 124 kasus atau 6,31 per 1000 kelahiran hidup. Data tersebut menunjukkan bahwa target penurunan angka kematian bayi sebesar 3,7 per 1000 kelahiran hidup belum tercapai. Jumlah bayi lahir dan kematian bayi terbanyak terjadi di Kecamatan Raman Utara. Bila dilihat dari faktor penyebab kematian tersebut disebabkan oleh Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) (29,7%) Asfiksia (17%), Pneomonia (1,7%), Diare (12,7%) dan penyebab lain (39%) (Dinkes Lampung Timur, 2006).
Angka kematian ibu pada tahun 2005 di Kabupaten Lampung Timur sebanyak 18 kasus. Setiap tahun terjadi fluktuasi angka kematian ibu, dimana pada tahun 2001 terjadi 13 kasus, tahun 2002 sebanyak 9 kasus, tahun 2003 terjadi 20 kasus dan tahun 2004 sebanyak 19 kasus. Penyebab kematian ibu terjadi karena eklamsi (31,8%), perdarahan (27,3%), aborsi (27,3%), partus lama (4,6%) dan penyebab lain (9,1%). Namun demikian angka tersebut belum menggambarkan jumlah kematian yang sebenarnya karena tidak setiap Puskesmas membuat laporannya (Dinkes Lampung Timur, 2006).
Dilihat dari status gizi masyarakat, pada tahun 2005 terjadi 233 kasus gizi buruk di Kabupaten Lampung Timur. Kondisi ini ditemukan di semua Kecamatan. Hasil pemantauan status gizi, Kekurangan Energi Protein (KEP) mengalami peningkatan pada 3 tahun terakhir. Berdasarkan hasil penimbangan di Posyandu terdapat 967 (1,76%) menderita Bawah Garis Merah (BGM) dan terjadi kasus BBLR sebanyak 118 kasus (0,71%) dari jumlah kelahiran (Dinkes Lampung Timur, 2006).
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu, bayi dan kasus gizi buruk di Indonesia ternyata di pengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari tingkat pendidikan dan pengetahuan, sosial budaya, sosial ekonomi, posisi geografis dan aksesbilitas ibu pada fasilitas kesehatan modern. Faktor ini sangat kompleks dan saling berkaitan sehingga tidak mudah untuk menanggulanginya (Dinkes Propinsi Lampung, 2006).
Berbagai upaya telah dan akan selalu dilakukan oleh pemerintah, sektor swasta dan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peran serta masyarakat menjadi begitu penting sejak dikembangkannya posyandu sebagai sarana pendidikan dan pelayanan gizi kepada para ibu agar lebih sadar gizi. Posyandu merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat yang punya pengaruh sangat besar terhadap peningkatan status gizi bayi dan balita dan mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi (Depkes Kab. Lampung Timur, 2006).
Dalam pelaksanaannya posyandu melayani 5 program prioritas yaitu KB, KIA, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Dari 5 kegiatan tersebut tidak semua kegiatan bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat, khususnya dalam pelayanan antenatal, pelayanan kontrasepsi (kecuali pil dan kondom) dan imunisasi. Oleh sebab itu dalam kegiatan posyandu yang dilakukan 1 bulan sekali tersebut haru ada setidaknya 2 petugas Pusksemas untuk memberikan pelayanan teknis dan bimbingan atau pembinaan (Depkes RI, 2001).
Memperhatikan realita yang terjadi di masyarakat saat ini, bahwa Posyandu telah menjadi bagian yang penting dalam pembangunan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia. Agar manfaat Posyandu semakin besar di perlukan adanya interaksi yang baik antara PKK, Puskesmas, Kader dan masyarakat sendiri sebagai pelaksanaan dan sekaligus target kinerja Posyandu (Depkes RI, 1990).
Petugas kesehatan tidak bisa berbuat banyak jika kader tidak menyelenggarakan kegiatan Posyandu yang telah dijadwalkan. Usaha kader juga akan sia-sia jika warga tidak ada yang datang, selanjutnya peran serta ibu yang tidak aktif juga akan berdampak langsung terhadap kesehatan ibu dan anak karena kurangnya pemantauan petugas (Depkes RI, 1990).
Hasil pengamatan penulis yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Raman Utara Kabupaten Lampung Timur, ternyata tingkat partisipasi ibu untuk datang ke Posyandu bervariasi. Data yang ada menunjukkan terdapat 890 ibu hamil dan yang datang ke posyandu hanya 27%, ibu bayi dan balita 3561 orang dengan tingkat keaktifan 35%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian ibu hamil, ibu bayi dan balita belum memanfaatkan posyandu untuk mendapatkan pelayanan. Di Kecamatan Raman Utara, pada tahun 2006 lalu terdapat 11 kasus AKB, 9 kasus AKI, 1 orang kasus Gizi Buruk, 20 bayi menderita BGM (Puskesmas Raman Utara, 2006).
Selanjutnya untuk bisa mengetahui tingkat partisipasi ibu hamil, ibu bayi dan balita dalam memanfaatkan posyandu, maka dipilih Posyandu Anggrek di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Data yang ada pada Posyandu Anggrek selama bulan Maret-April 2007 menunjukkan jumlah ibu bayi dan balita 76 orang. Dari jumlah tersebut terdapat 41 ibu bayi dan balita yang tidak datang ke Posyandu, dengan tingkat keaktifan 31%, ibu hamil 5 orang, dengan tingkat keaktifan 0%. Dengan demikian bila dibanding dengan target cakupan Posyandu Purnama yaitu tingkat kehadiran diatas 50%, maka kondisi ini berada di bawah rata-rata target ideal.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi ibu hamil, ibu bayi dan balita dalam memanfaatkan Posyandu masih rendah. Berdasarkan permasalah yang ada tersebut Penulis mengambil judul penelitian “Gambaran Faktor Penyebab Rendahnya Peran Serta Ibu Bayi dan Balita di Posyandu Anggrek Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Lampung Timur.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari data pada latar belakang dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagimanakah Gambaran Faktor Penyebab Rendahnya Peran Serta Ibu Bayi dan Balita di Posyandu Anggrek Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara.”
DOWNLOAD KLIK DISINI:
Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu
Itu tadi adalah Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu
Anda sekarang membaca artikel Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu dengan alamat link https://ners-ngenes.blogspot.com/2010/04/gambaran-faktor-penyebab-rendahnya.html
0 komentar
Posting Komentar