Sabtu, 17 Maret 2012

Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri

Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri - Hai teman Asuhan Keperawatan (Askep) Perawat, di Artikel ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik dan ringkas agar mudah di pahami untuk anda baca dan dapat di ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pelajaran, yang kami tulis ini dapat anda pahami dan bermanfaat. baiklah, selamat membaca.

Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri
link : Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri

Baca juga


Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri

PENDAHULUAN

Klien dirawat dirumah sakit umum dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti, berdiam diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa/putus asa, malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan klien (loboratorium , CT scan) dan tindakan (suntik, infus, observasi rutin) sering membuat klien merasa sebagai obyek. Keluarga juga sering merasakan kekhawatiran dan ketidakpastian keadaan klien ditambah dengan kurangnya waktu petugas kesehatan (perawat dan dokter) untuk membicarakan keadaan klien.Terutama pada ruangan gawat darurat, tim kesehatan focus pada penyelamatan klien dengan segera.
Klien dan keluarga sering tidak diajak berkomunikasi, kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan perasaan sedih, ansietas, takut, marah, frustasi, tidak berdaya karena informasi yang tidak jelas disertai ketidakpastian. Mereka tidak mengetahui proses yang terjadi, sewaktu-waktu mereka dipanggil untuk membeli obat atau alat. Mereka tidak berani bertanya atau jika bertanya akan mendapat jawaban yang tidak memuaskan.

KONSEP DIRI

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain ( Stuart & Sundeen, 1995 ).
Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya.
Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptive ( gambar 1 )

RENTANG RESPONS KONSEP DIRI

 

Gambar I : Rentang respon terhadap konsep diri
  1. Aktualisasi diri adalah : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
  2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya
  3. Harga diri rendah adalah ; individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain
  4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
  5. Depersonalisasi adalah ; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Konsep diri terdiri dari 5 ( lima ) komponen ( Stuart dan Sundeen, 1991 ) :
  1. Citra diri
  2. Ideal diri
  3. Harga diri
  4. Penampilan peran / Peran diri
  5. Identitas diri.

CITRA TUBUH (Body image)

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh.
Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah :
  1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
  2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infus
  3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di dalam tubuh
  4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
  5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
  6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)

IDEAL DIRI

Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
  1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat main bola.
  2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.

HARGA DIRI ( Self-Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu yang berarti dan penting, walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adakah perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi kesuksesan.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
  1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
    1. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
    2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
    3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

    Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik
  2. Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negarif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
    Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
  1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
  2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
  3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
  4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
  5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan
  6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

PERAN DIRI

Peran : adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintregrasi dalam pola fungsi individu.
Menurut Stuart dan Sundeen ada 5 ( lima ) faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
  1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
  2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
  3. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
  4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
  5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
  1. Peran dalam keluarga
  2. Peran dalam pekerjaan/sekolah
  3. Peran dalam berbagai kelompok
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat dirumah sakit. Atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
  1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
  2. Ketidakpuasan peran
  3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
  4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
  5. Kurang tanggung jawab
  6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
Masalah keperawatan yang mungkin muncul :
  1. Perubahan penampilan peran
  2. Gangguan harga diri rendah
  3. Keoutusasaan
  4. ketidakberdayaan

IDENTITAS DIRI

Identitas diri pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang.
Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
  1. Tidak ada percaya diri
  2. Sukar mengambil keputusan
  3. Ketergantungan
  4. Masalah dalam hubungan interpersonal
  5. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
  6. Projeksi ( menyalahkan orang lain )
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
  1. Gangguan identitas personal
  2. Perubahan penampilan peran
  3. Ketidakberdayaan
  4. Keputusasaan

Kepribadian Yang Sehat

Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal berikut ini :
  1. Citra tubuh yang positif dan sesuai
  2. Ideal diri yang realistic
  3. Konsep diri yang positif
  4. Harga diri yang tinggi
  5. Penampilan peran yang memuaskan
  6. Rasa identitas yang jelas

    PROSES KEPERAWATAN

    A. Pengkajian

  7. Faktor predisposisi
    1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik
    2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaa
    3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah
  8. Faktor Presipitasi
    1. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori :
      1. Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
      2. Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan yang diinginkan
      3. Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya
      4. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks
      5. Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri
    2. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti
    3. Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
      1. Kehilangan bagian tubuh
      2. Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
      3. Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
      4. Prosedur pengobatan dan perawata
    4. Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio – kimia, gangguan penggunaan obat, alkoholdan zat.
  9. Perilaku
    Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang obyektif dan dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendaha ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
    Perilaku dengan harga diri yang rendah
    1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
    2. Produktifitas menurun
    3. Destruktif pada orang lain
    4. Gangguan berhubungan
    5. Merasa diri lebih penting
    6. Merasa tidak layak
    7. Rasa bersalah
    8. Mudah marah dan tersinggung
    9. Perasaan negative terhadap diri sendiri
    1. Pandangan hidup yang pesimis
    2. Keluhan – keluhan fisik
    3. Pandangan hidup terpolarisasi
    4. Mengingkari kemampuan diri sendiri
    5. Mengejek diri sendiri
    6. Mencederai diri sendiri
    7. Isolasi social
    8. Penyalahgunaan zat
    9. Menarik diri dari realitas
    10. Khawatir
    11. Ketegangan peran

    Perilaku dengan Identitas kacau
    1. Tidak mengindahkan moral
    2. Mengurangi hubungan interpersonal
    3. Perasaan kosong
    4. Perasaan yang berubah – ubah
    5. Kekacauan identitas seksual
    6. Kecemasan yang tinggi
    1. Tidak mampu berempati
    2. Kurang keyakinan diri
    3. Mencintai diri sendiri
    4. Masalah hubungan intim
    5. Ideal diri tidak realistik

    Perilaku dengan Depersonalisasi
    Afek
    1. Identitas hilang
    2. Asing dengan diri sendiri
    3. Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu
    4. Perasaan tidak realistic
    5. Merasa sangat terisolasi
    Persepsi
    1. Halusinasi pendengaran dan penglihatan
    2. Tidak yakin akan jenis kelaminnya
    3. Sukar membedakan diri dengan orang lain
    Kognitif
    1. Kacau
    2. Disorientasi waktu
    3. Penyimpangan pikiran
    4. Daya ingat terganggu
    5. Daya penilaian terganggu
    Perilaku
    1. Afek tumpul
    2. Pasif dan tidak ada respon emosi
    3. Komunikasi tidak selaras
    4. Tidak dapat mengontrol perasaan
    5. Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
    6. Menarik diri dari lingkungan
    7. Kurang bersemangat

  10. Mekanisme Koping
    Jangka Pendek Jangka Panjang
    1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat – obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus 1. Menutup Identitas :
    Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi daro orang – orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
    2. Kegiatan mengganti identitas sementara :
    (ikut kelompok social, keagamaan, politik )
    2. Identitas Negatif :
    Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
    3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : ( kompetisi olah raga kontes popularitas )  
    4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : (penyalahgunaan obat – obat)  

    Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri daan orang lain

B. Masalah Keperawatan

Masalah gangguan konsep diri berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan kekacauan dan mengakibatkan respon koping yang maladaptive. Respon ini dapat dilihat bervariasi pada berbagai individu, yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri. Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan dengan gangguan konsep diri, lihat tabel berikut ini.
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan konsep diri
Masalah keperawatan uatama
Contoh diagnosa keperawatan yang lengkap
1. Gangguan gambaran diri
  1. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan harga diri rendah
  2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan defisit perawatan diri
2. Gangguan identitas diri
  1. Gangguan identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran
  2. Gangguan identitas berhubungan dengan keracunan obat yang dimanifestasika dengan control impuls yang kacau dan hilang
3. Gangguan penampilan peran
  1. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan harga diri
  1. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistik
  2. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri terlalu tinggi

C. Perencanaan Tindakan Keperawatan

  1. Tujuan Umum
    Meningkatkan aktualisasi diri klien : dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan
  2. Tujuan Khusus
    Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan massalaha yang berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat
  3. Tindakan Keperawatan
    Tindakan keperawatan membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tindakan yang bertahap sebagai berikut :
    1. Memperluas kesadaran diri; Tahap memperluas kesadaran diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Membina hubungan saling percaya Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi perasaan terancam dan membantu klien menerima semua aspek dirinya
      1. Menerima klien apa adanya
      2. Dengarkan klien
      3. Dorong klien mendiskusikan pikiran dan perasaannya
      4. Respon yang tidak mengadili
      5. Katakan bahwa klien adalah individu yang berharga, bertanggung jawab dan dapat menolong diri sendiri
      Bekerja dengan kemampuan yang dimiliki klien Tingkat kemampuan menilai realitas dan control diri diperlukan sebagai landasan Asuhan Keperawatan
      1. Identitas kemampuan klien
      2. Arahkan klien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
      3. Meyakinkan identitas klien
      4. Beri dukungan untuk menurunkan panic
      5. Pendekatan tanpa menuntut
      6. Menerima dan mengklarifikasikan komunikasi verbal dan non verbal
      7. Cegah klien mengisolasi diri
      8. Ciptakan kegiatan rutin ( ADL )
      9. Buat batasan perilaku yang tidak pantas
      10. Orientasikan klien ke dunia yang nyata
      11. Beri pujian pada perilaku yang tepat
      12. Tingkatkan kegiatan dan tugas secara bertahap untuk menimbulkan pengalaman positif
    2. Menyelidiki diri; Membantu klien menyelidiki diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Bantu klien menerima perasaan dan pikirannya Dengan menunjukkan sikap menerima perasaan dan pikiran klien, maka klien akan melakukan hal yang sama
      1. Motivasi klien mengekspresikan emosi, keyakinan perilaku dan pikirannya
      2. Gunakan komunikasi terapeutik dan empati
      3. Catat pikiran yang logis, observasi respon emosi
      Menolong klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain secara terbuka Keterbukaan persepsi diri adalah awal untuk merubah suasana sepi dan dapat mengurangi ansietas
      1. Tumbuhkan persepsi klien terhadap kekuatan dan kelemahannya
      2. Bantu klien menurunkan self idealnya
      3. Bantu klien menjelaskan hubungannya dengan orang lain
      Menyadari dan mengontrol perasaan perawat Kesadaran diri akan membantu penampilan model perilaku dan membatasi efek negative dalam berhubungan dengan orang lain
      1. Sadari perasaan sendiri baik perasaan negative dan positif dalam berhubungan
      Empati pada klien, tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien Rasa empati dapat menguatkan pandangan klien memahami perasaan orang lain
      1. Gunakan respon empati dan observasi apakah perasaan perawat simpati atau empati
      2. Jelaskan bahwa klien berguna dalam memecahkan masalahnya
      3. Libatkan keluarga dan kelompok menyelidiki diri klien
      4. Bantu klien mengenal konflik dan koping maladaptive
    3. Mengevaluasi diri; Mambantu klien mengevaluasi diri
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Membantu klien mengidentifikasi masalahnya secara jelas Setelah mengetahui masalah dengan jelas alternative pemecahan dapat dibuat klien
      1. bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penilaiannya
      2. Jelaskan bahwa keyakinan klien mempengaruhi perasaan dan perilakunya
      Kaji respon koping adaptif dan maladaptif klien terhadap masalah yang dihadapi Dengan mengetahui koping yang dipilih klien dapat mengevaluasi konsekwensi positif dan negatif
      1. Bersama klien mengidentifikasi
      2. Keyakinan, ilusi, tujuan yang tidak realistic
      3. Identifikasi kekuatan klien
      4. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dalam persepsi yang cocok
      5. Teliti sumber koping yang digunakan klien
      6. Uraikan pada klein bahwa respon koping dapat dipilih dengan bebas dan mempunyai dampak positif maupun negative
      7. Bersama klien mengidentifikasi respon koping yang maladaptif
      8. Komunikasi yang memfasilitasi konfrontasi yang mendukung
      9. Kalrifikasi peran
    4. Membuat perencanaan yang realistik; Membantu klien membuat rencana yang realistik
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Bantu klien mengidentifikasi pemecahan masalah Jika semua alternative sudah dievaluasi, perubahan menjadi efektif
      1. Jelaskan bahwa yang dapat merubah dirinya adalah klien bukan orang lain
      2. Bantu keyakinan dan ide klien ke dalam kenyataan
      3. Gunakan lingkungan membantu keyakinan klien jadi konsisten
      Bantu klien mengkonsep tujuan yang realistik Dengan tujuan yang jelas dapat merubah harapan yang diinginkan
      1. Bantu klien merumuskan tujuan
      2. Bantu klien untuk menetapkan perubahan yang diinginkan
      3. Anjurkan klien menggunakan pengalaman baru untuk mengembangkan potensinya
      4. Gunakan role model, role play, visualisasi dan redemonstrasi yang sesuai
    5. Bertanggung jawab dalam bertindak
      Prinsip
      Rasional
      Tindakan
      Mengeksplorasi koping adaptif dan maladaptif klien dalam memecahkan masalahnya Sangat penting bagi klien mengetahui koping yang digunakan dalam pemecahan masalahnya baik yang negative maupun yang poitif
      1. Beri kesempatan klien untuk memilih koping yang ingin digunakan dan konsekwensinya
      2. Bantu klien mengidentifikasi keuntungan kerugian mekanisme koping yang dipilih
      3. Diskusikan bila klien memilih mekanisme koping negative berikut konsekwensinya
      4. Berikan dukungan positif untuk mempertahankan kemajuannya
Untuk meningkatkan penerimaan klien secara unuk di dalam keluarga, diperlukan pendidikan kesehatan mental yang dapat dilihat pada table berikut ini

Pendidikan kesehatan mental bagi keluarga


Tujuan
Kegiatan Instruksional
Evaluasi
Menegaskan konsep keunikan anggota keluarga Diskusikan keunikan masing – masing anggota keluarga. Bantu klien mengidentifikasikan tingkat kemampuannya di antar anggota keluarga
  1. Klien dapat mengidentifikasi fungsi keluarga
Uraikan karakteristik perpaduan emosi Analisa tipe dan pola hubungan dalam keluarga. Gunakan kertas dan pensil untuk menggambarkan pola keluarga
  1. Klien menguraikan pola hubungan dalam keluarga
  2. Klien mengidentifikasi peran dan perilakunya
Diskusikan pembentukan dan pelaksanaan peran dalam keluarga Sintesa dinamika keluarga dan manifestasi stress pasien, akan mendorong komunikasi dalam keluarga
  1. Klien menyadari kontribusi keluarga terhadap stress masing – masing anggota

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Pada makalah ini akan diuraikan tindakan keperawatan pada 2 ( dua ) diagnosa, yaitu :
  1. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
  2. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Rencana Tindakan Keperawatan pada :
1. Diagnosa : Perubahan penampilan perab berhubungan dengan harga diri rendah
  1. Tujuan Umum :
    1. Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya
  2. Tujuan Khusus :
    1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
    2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
    3. Klian dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan
    4. Klien dapat menetapkan ( merencanakan ) kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
    5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan
    6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
  3. Tindakan Keperawatan
    1. Bina hubungan saling percaya
      1. Salam terapeutik
      2. Perkenalkan diri
      3. Jelaskan tujuan interaksi
      4. Ciptakan lingkungan yang tenang
      5. Buat kontrak yang jelas (apa yang akan dilakukan/dibicarakan, waktu)
        1. Beri kesemapatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita
        2. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
        3. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
    2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif ( keluarga, lingkungan ) yang dimiliki klien. Jika klien tidak mampu mengidentifikasi, maka dimulai oleh perawat memberi “ reinforcement “ ( pujian terhadap aspek positif klien
    3. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
    4. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien
    5. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
    6. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
    7. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
    8. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
    9. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
    10. Beri pujian atas keberhasilan klien
    11. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
    12. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
    13. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
    14. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
  4. Hasil Yang Diharapkan :
    1. Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita
    2. Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya ( fisik, intelektual, system pendukung )
    3. Klien berperan serta dalam perawatan dirinya
    4. Percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistis
2. Diagnosa : Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
  1. Tujuan Umum
    1. Klien menunjukkan pengingkatan harga diri
  2. Tujuan Khusus :
    1. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
    2. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
    3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
    4. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    5. Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
    6. Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh
  3. Tindakan keperawatan :
    1. Bina hubungan saling percaya
      1. Salam terapeutik
      2. Komunikasi terbuka, jujur, empati
      3. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
      4. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
      5. Lakukan kontrak untuk program Asuhan Keperawatan ( pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan )
    2. Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    3. Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
    4. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien ( tubuh, intelektual, keluarga ) oleh klien di luar perubahan yang terjadi
    5. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
    6. Beri pujian atas aspek posirtif dan kemampuan yang masih dimiliki klien
    7. Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap
    8. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh
    9. Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
    10. Diskusikan cara – cara ( booklet, leaflet sebagai sumber informasi ) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
    11. Dorong klien memilih cara sesuai bagi klien
    12. Bantu klien melakukan cara yang dipilih
    13. Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya : protesa untuk bagian tubuh tertentu, tongkat
    14. Rehabilitasi bertahap bagi klien
    15. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan gangguan fisik yang dialami klien
    16. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
    17. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
    18. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
    19. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
    20. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
    21. Beri pujian atas keberhasilan klien
    22. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
    23. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
    24. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
    25. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
  4. Hasil Yang Diharapkan :
    1. Klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
    2. Klien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
    3. Klien adaptasi dengan cara – cara yang dipilih dan digunakan

Daftar Pustaka

  1. Keliat, B.A ( 1994 ), Gangguan Konsep Diri, Jakarta, EGC
  2. Keliat, B.A. ( 1998 ), Gangguan Koping, Citra Tubuh dan Seksual pada Klien Kanker, Jakarta, EGC
  3. Keliat, B.A, ( 1998 ), Penetalaksanaan Stress, Jakarta
  4. Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. ( 1995 ), principle and practice of psychiatric nursing, ( 5 th ed)
  5. Towsend, M.C.( 1998 ). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan psikiatri : Pedoman untuk pembuatan Rencana keperawatan, Jakarta : EGC ( Terjemahan ).


Itu tadi adalah Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri

baik Sekianlah artikel Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri dengan alamat link https://ners-ngenes.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-jiwa-gangguan-konsep.html

0 komentar

Posting Komentar