Kamis, 01 April 2010

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT - Hai teman Asuhan Keperawatan (Askep) Perawat, di Artikel ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik dan ringkas agar mudah di pahami untuk anda baca dan dapat di ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel ASKEP SISTEM PERKEMIHAN, yang kami tulis ini dapat anda pahami dan bermanfaat. baiklah, selamat membaca.

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT
link : ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT

Baca juga


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT

a. Pengertian
Glumerulonefritis akut [ GNA ] adalah penyakit yang menyerang glomeruli dari kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap bakteri atau virus tertentu.

GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun, lebih sering pada pria.
Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit.

b. Etiologi :
Faktor etiologinya banyak dan bervariasi :
- Reaksi imunologi : infeksi lupus erythematosus, streptococus.
- Cedera vaskuler : Hipertensi, DM.
- Koagulasi koagulan yang menyebar [ DIC ]

c. Patofisiologi
GNA adalah akibat reaksi antigen antibodi dengan jaringan glumerulus yang menimbulkan bengkak dan kematian sel—sel kapiler [ epitel, membran lapisan bawah, dan endotelium.] Reaksi antigen antibodi mengaktifkan jalur komplemen yang berdampak chemotaksis kepada polymorfonuklear [ PMN ] lekosit dan mengeluarkan ensim lisosomal yang menyerang membran dasar glomerolus yang menimbulkan peningkatan respon pada ketiga jenis sel glomerulus.

Tanda dan gejala yang berefleksi kepada kerusakan glumerulus dan terjadi kebocoran protein masuk kedalam urin [ proteinuri dan eritrosit / hematuri ]. Karena proses penyakit berlanjut terjadilah parut yang berakibat menurunnya filtrasi glumerulus dan berdampak oliguri dan retensi air, sodium dan produk sisa nitrogen. Kesemuanya ini berdampak meningkatnya volume cairan, edem, dan asotemia yang yang ditampilkan melalui napas pendek, edem yang dependen, sakit kepala, lemah dan anoreksia.



d. Gejala klinik
Gejala yang sering adalah hematuri ; kadang-kadang disertai edema ringan disekitar mata / seluruh tubuh umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila payah jantung dan hipertensi.
Bila terjadi kerusakan ginjal maka tekanan darah akan tinggi . Suhu tubuh tidak seberapa tinggi tapi dapat tinggi pada hari pertama . Muntah tidak nafsu makan, konstipasi dan diare tidak jarang menyertai GNA.







Reaksi imunologi

Bengkak & Kematian
Sel-sel kapiler Glumerolus

Jalur komplemen aktif
[chemotaksis]

ensim lisosomal menyerang BGM

Kerusakan glumerulus
[proteinuri dan hematuri]


timbul parut

fungsi glumerulus berkurang

Pengkajian keperawatan :

1. Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih sering pada pria
2. Riwayat penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus eritematosus atau penyakit autoimun lain.
3. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
4. Pertumbuhan dan perkembangan :
- Pertumbuhan :
BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan anak 138 cm. Nadi 80—100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 10—11 tahun jumlah gigi permanen 10-11 buah.
- Perkembangan :
Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu
Psikoseksual :

5. Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5]. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
8]. Toleransi koping
9]. Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.

Pemeriksaan penunjang :
1. LED tinggi dan Hb rendah
2. Kimia darah:
Serum albumin turun sedikit, serum komplemen turun, ureum dan kreatinin naik. Titer antistreptolisin umumnya naik [ kecuali infeksi streptokok yang mendahului mengenai kulit saja ].
3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit + dan terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin.
4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta Hemoliticus gol A
5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita
6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan terdapat titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir semua glomerulus terkena. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak BGM tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin dibentuk oleh globulin-gama, komplemenn dan antigen streptokokus.


.



Diagnosa keperawatan :
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi.
5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi.

Rencana keperawatan
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan ddisfungsi ginjal
Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan.

Rencana Rasional
1. Pantau kekurangan protein yang berlebihan [ proteinuri, albuminuria ]
2. Gunakan diet protein untuk mengganti protein yang hilang.
3. Beri diet tinggi protein tinggi karbohidrat.
4. Tirah baring

5. Berikan latihan selama pembatasan aktifitas

6. Rencana aktifitas denga waktu istirahat.
7. Rencanakan cara progresif untuk kembali beraktifitas normal ; evaluasi tekanan darah dan haluaran protein urin.
1. Kekurangan protein beerlebihan dapat menimbulkan kelelahan.
2. Diet yang adekuat dapat mengembalikan kehilangan
3. TKTP berfungsi menggantikan
4. Tirah baring meningkatkan mengurangi penggunaan energi.
5. Latihan penting untu kmempertahankan tunos otot
6. Keseimbangan aktifitas dan istirahat mempertahankan kesegaran.
7. Aktifitas yang bertahap menjaga kesembangan dan tidak mmemperparah proses penyakit

2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
Tujuan : Klien tidak menunjukan kelebihan volume cairan
Rencana Rasional
1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan :
2. Ukur dan catat intak dan output setiap 4-8 jam
3. Catat jumlah dan karakteristik urine
4. Ukur berat jenis urine tiap jam dan timbang BB tiap hari
5. Kolaborasi dengan gi i dalam pembatasan diet natrium dan protein
6. Berikan es batu untuk mengontrol rasa haus dan maasukan dalam perhitungan intak
7. Pantau elektrolit tubuh dan observasi adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh
- Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia
- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan
- Hipokalsemia : peka rangsang pada neuromuskuler
- Hiperfosfatemia: hiperefleksi,parestesia, kram otot, gatal, kejang
- Uremia : kacau mental, letargi,gelisah
8. Kaji efektifitas pemberian elektrolit parenteral dan oral
1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan


3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat menunjukan adanya ketidak seimbangan cairan.
5.Natrium dan protein meningkatkan osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi cairan.
7. Rangsangan dingin ddapat merangsang pusat haus
8. Memoonitor adanya ketidak seimbangan elektrolit dan menentukan tindakan penanganan yang tepat.






8.Pemberian elektrolit yang tepat mencegah ketidak seimbangan elektrolit.


3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi setelah diberikan asuhan keperawatan.
Rencana Rasional
1. Kaji efektifitas pemberian imunosupresan


2. Pantau leukosit
3. Pantau suhu tiap 4 jam
4. Perhatikan karakteristik urine, kolaborasi jikka keruh dan berbau
5. Hindari pemakaian alat/kateter pada saluran uriine
6. Pantau tanda dan gejala ISK dan lakukan tindakan pencegahan ISK.
7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci tangan yang baik.
8. Anjurkan pada klien untuk menghindari orang terinfeksi
9. Lakukan pencegahan kerusakan integritas kulit
10. Anjurlkan pasien ambulasi dini.
1.Imunosupresan berfunsi menekan sisteem imun bila pemberiannya tidak ekeftif maka tubbuh akan sangat rentan terhadap infeksi
2.Indikator adanya infeksi
3.Memonitor suhu & mengantipasi infeksi
4. Urine keruh mmenunjukan adanya infeksi saluran kemiih
5. Kateter dapat menjadi media masuknya kuman ke saluran kemih
6. Memonitor adanya infeksi sehingga dapat dilakukan tindakan dengan cepat
7. Tehnik cuci tangan yang baik dapat memutus rantai penularan.
8. Sistim imun yang terganggu memudahkan untu terinfeksi.
9. Kerusakan integritas kulit merupakan hilangnya barrier pertama tubuh

4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi.
Tujuan : Klien tidak mengalami perubahan perfusi jaringan.
Rencana Rasional
1. Pantau tanda dan gejala krisis hipertensi [ Hipertensi, takikardi, bradikardi, kacau mental, penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, tinitus, mual, muntuh, kejang dan disritmia].
2. Pantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi bila ada peningkatan TD sistole >160 dan diastole > 90 mm Hg
3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi
4. Pertahankan TT dalam posisi rendah 1. Krisis hipertensi menyebabkan suplay darah ke organ tubuh berkurang.
2. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan suplay darah berkurang.
3. Efektifitas obat anti hipertensi penting untuk menjaga adekuatnya perfusi jarringan.
4. Posisi tidur yang rendah menjaga suplay darah yang cukup ke daerah cerebral

5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
Tujuan : Klien tidak menunjukan adanya perubahan integritas kulit selama menjalani perawatan.
Rencana Rasional
1. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu.
2. Jaga kulit tetap kering dan bersih
3. Bersihkan & keringkan daerah perineal setelah defikasi
4. Rawat kulit dengan menggunakan lotion untuk mencegah kekeringan untuk daerah pruritus.
5. Hindari penggunaan sabun yang keras dan kasar pada kulit klien
6. Instruksikan klien untuk tidak menggaruk daerah pruritus.
7. Anjurkan ambulasi semampu klien.
8. Bantu klien untuk mengubah posisi setiap 2 jam jika klien tirah baring.
9. Pertahankan linen bebas lipatan
10. Beri pelindung pada tumit dan siku.
11. Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat menyebabkan sirkulasi terhambat.
12. Tangani area edema dengan hati -hati.
13. Berikan suntikan dengan hati-hati .
14. Perttahankan nutrisi adekuat. 1. Mengantisipasi adanya kerusakan kulit sehingga dapat diberikan penangan dini.
2,3. Kulit yang kering dan bersih tidak mudah terjadi iritasi dan mengurangi media pertumbuhan kuman.
4. Lotion dapat melenturkan kulit sehingga tidak mudah pecah/rusak.
5.Sabun yang keras dapat menimbulkan kekeringan kulit dan sabun yang kasar dapat menggores kulit.
6. Menggaruk menimbulkan kerusakan kulit.
7,8.Ambulasi dan perubahan posisi meningkatkan sirkulasi dan mencegah penekanan pada satu sisi.
10. Lipatan menimbulkan ttekanan pada kulit.
11. Sirkulasi yang terhambat memudahkan terjadinya kerusakan kulit..
12. Elastisitas kulit daerah edema sangat kurang sehingga mudah rusak
14. Nutrisi yang adekuat meningkatkan pertahanan kulit





DAFTAR PUSTAKA

Tucker Mrrtin, at al. [1998] , Standar Perawatan Pasien, “ Proses Keperawatan, Diagnosa, dan evaluasi “, EGC, Jakarta.

Long Barbara C.,[1989], Essential of Medical-Surgikal Nursing a Nursing Process Approach, The CV Mosby Company St Louis, USA.

Junadi Purnaman, at al , [1997] Kapita Selekta Kedokteran , Media Aeskulapius, Jakarta.

BAB II
TINJAUAN KASUS

Ruangan: Anak C RSUD Dr. Soetomo Surabaya
A. Pengkajian
Dilakukan pada tanggal : 27 Agustus 2001
1. Identitas Klien
Nama : An. D.
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : 12 September 1992
Umur : 9 tahun
Anak ke : 1
Nama ayah : Tn.S.
Nama ibu : Ny. N.S.
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jln. Mangga nomor Kediri
Tanggal masuk : 16 Agustus 2001
Diagnose medis : GNA + GGA +Krisis Hipertensi
Sumber informasi : Catatan medis, Orang tua dan klien sendiri.

2. Riwayat keperawatan
a. Sekarang
Keluhan utama : Seluruh badan terasa gatal terus menerus sejak masuk RS., gatal tidak hilang walaupun digaruk usaha yang dilakukan untuk menghilangkan dengan menggaruk atau memberi bedak dan badan terasa lemas ingin tidur.
Riwayat penyakit :
Badan bengkak terutama diwajah kemudian tangan dan kaki, sudah dibawa ke Puskesmas tetapi tidak ada perubahan : bengkak tidak berkurang, mual dan muntah setiap makan dan minum, anak tampak pucat 4 hari, kemudian dirujuk ke RS Jombang.
Riwayat selama di rawat di RS Jombang :
Anak masuk dengan BB 15 kg, sesak -, batuk -, munah +, makan 3-4 kali sehari, pada tanggal 15 – 8 - 2001 pukul 13.00 WIB kejang { kepala melirik tangan dan kaki biasa ] selama 5 meni, kejang hilang tanpa obat, anak menangis setelah kejang. Di RS Jombang di rawat selama 1 minggu, bengkak pada kaki dan tangan berkurang sedangkan bengkak diperut bertambah. Kemudian klien dirujuk ke RSUD Dr Soetomo atas indikasi :
b. Sebelumnya:
Prenatal : Normal (menurut keluarga), ibu selalu kontrol ke Puskesmas dan ibu tidak minum obat-obatan atau jamu pada saat hamil.
Natal : LahirSpontan umur kehamilan 8 bulan ditolong bidan,BBL 1.6 kg, saat lahir tangis tidak keras
Post natal : ASI hingga 4 bulan, penyakit yang sering diderita kadang-kadang badan panas.
Luka operasi : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Tumbuh kembang :
- Tumbuh gigi umur 6 bulan
- Tengkurep umur 6 bulan
- Duduk umur 8 bulan
- Berdiri umur 9,5 bulan
- Berjalan umur 13 bulan
- Naik sepeda umur 2 tahun
- Tk umur 6 tahun
- SD umur 7 tahun
- Sekarang kelas III SD dengan prestasi baik yaitu masuk 10 besar sebelum sakit anak sering mengeluh capek karena pelajaran tambah banyak dan biasa bermain dengan teman sebaya di sekolah maupun di rumah.
Psikososial : Anak selama ini sangat dekat dengan orang tuanya,kakek nenek dan dan budenya. Dirumah biasanya selalu bermain dengan teman sebaya. Sejak masuk RS anak hanya berbaring di TT.
Psikoseksual : anak malu jika ditanyai masalah perkembagan seksualnya
Imunisasi : Lengkap, scar BCG +.
Status gizi : BB 17 kg lingkar lengan 14,5 cm, LK 48 cm, LD 62 cm.Makan sedikit/ 1/3 porsi yang disediakan RS, “makanan ndak enak rasanya mani “. Ibu klien selalu mencampur sayur dengan gula yang disediakan dari RS untuk campuran susu karena setelah mencicipi sayur rasanya asin.
Interaksi : Komunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa jawa dan komunikatif.
Komposisi keluarga : An. D adalah dari pasangan Tn. S. Dan Ny. N.S. Klien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya..
Lingkungan rumah dan komunitas : Keluarga tinggal di desa dengan kehidupan sebagai petani.
Kultur dan kepercayaan : Keluarga merupakan penganut agama islam yang taat dan percaya bahwa penyakit yang diderita oleh anaknya disebabkan oleh kelainan dari tubuh anaknya.
Fungsi dan hubungan keluarga: Keluarga kompak dan komunikasi serta peran antar anggota keluarga sesuai dengan tanggung - jawabnya.
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Tidak ada perilaku khusus yang dapat mengancam kesehatan keluarga, hanya anak sering jajan makanan kecil seperti chiki-chikian.
Persepsi keluarga tentang penyakit klien : Keluarga yakin, bahwa penyakit An. D timbul akibat kelainan dalam tubuh An. D, bukan karena gangguan ilmu hitam. Keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita anaknya secara pasti. Keluarga mengatakan bagaimana nantinya keadaan anaknya.


c. Pola fungsi kesehatan
1. Pertumbuhan dan perkembangan :
- Pertumbuhan :
BB 17 kg, TB 108 cm. Nadi 80—100x/menit, dan RR 24x/menit, tekanan darah 130/100 mm Hg. Gigi pemanen pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas.
- Perkembangan :
2. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan36.5 derajat celcius. Edema anasarka. Mual - , muntah - dan anoreksia + makan hanya 1/3 porsi yang disiapkan RS. BB 17 kg. Gatal-gatal pada seluruh badan “ badanku gatal sekali “. Kulit tampak kering, kasar bersisik
3. Pola eliminasi :
Abd distensi , meterismus +, BU + normal, nyeri tekan -, pembesaran hepar dan lien -, tidak teraba masa. “ Diana belum bisa kebelakang sejak 2 hari “. BAK , klien terpasang kateter, urin warna kuning muda dan jernih,keruh -, darah -.
4. Pola Aktifitas dan latihan :
Klien merasa lemas dan rasa ingin tidur, “ ngantuk “ klien tanpak tidur pulas kekuatan otot dan tonus. Sesak napas - , RR 24 x/menit, retraksi dada -, pengggunaan otot bantu napas-, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels . Tekanan darah 130/100 mm Hg , ensi tidak stabil dan klien mendapat terapi nifedifin 6 x 1,7 mg sub lingual dan dapat extra bila diastole lebih /sama dengan 100 mm Hg maksimak 10 x pemberiaan. Dari thorak foto ditemukan Cor membesar bentuk normal CTR 57 %, edema pulmonal + efusi pleura bilateral minimal. Klien tampak pucat, tgl 20/8/2001 Hb 9.8 gr % . Penglihatan kabur -, pusing-, muntah-, dan kejang-. Ibu menanyakan penyebab penyakit anaknya, “ Saya heran tiba-tiba Diana bengkak panas cuma sehari, padahal dissini sudah 11 hari tapi tidak sembuh, bengkaknya tetap “. Ibu tampak murung.
5. Pola tidur dan istirahat :
“ Kalau malam Diana ndak bisa tidur tapi kalau siang tidur terus “. Sesak saat tidur -. Anak tidur dengan posisi tetap dan lemah.
6. Kognitif & perseptual :
7. Persepsi diri :
8. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
9. Toleransi koping
10. Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.

d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
- Hb : 10,9 %/dl - RBC : 3.380.000 %/dl - Leuko 3100 %/dl
- Trombo cukup - Ansositois + - Hipokrom +
- Alb : 13,8 dl
Foto : Pembesaran pada jantung tetapi dalam batas normal
Therapi :

Analisis data

Data-data Masalah Etiologi
1.S : Kel mual -, sakit kepala -
O: Kesadaran CM, TD 130/100 mmHg, Nadi 100x/menit, Kejang - , muntah -, capilary reffil 3 detik.
2.S : Ibu mengatakan “ bengkaknya sepertinya bertambah.
O : Oedema anasarka, Acites, efusi pleura minimal, TD 130/100 mm Hg, BB 17 kg, RR 24 x/menit, rales + disemua lapang paru. Protein uri
Albuminemia
3. S : “ Rasa gatal pada seluruh badan “
O : Kulit kering . Klien tampak menggaruk-garuk kulit, Tampak memar pada daerah bekas insisi jarum HD
4.S : “ Rasa gatal pada seluruh badan “
O: Terpasang kateter nelaton
Leukosit darah tgl20/8/01 14.600 , leukisit urine +, LED 58 / 1jam.
5. S : Pasien mengatakan “ Badan lemes rasa ingin tidur.
O : Pasien tampak tidur pulas

6. S : “ Makannya sedikit hanya 1/3 porsi , anak minta makan bakso”. ‘Sebelum sakit anak juga makan sedikit , anak memang kurus .
O : BB 17 kg, LLA cm, makan 1/3 porsi, Bone Age : umur tulang seperti tulang umur 83 bulan
Perfusi jaringan : cerebral / kardiopulmonal


Cairan









Integritas kulit





infeksi





Aktifitas



nutrisi
Resiko krisis Hipertensi berulang.


Retensi air dan nattrium sekunder terhadap disfungsi ginjal






Uremia





Depresi sistem imun




Kekurangan protein dan / disfungsi ginjal

anoreksia dan pembatasan diet.




Diagnosa keperawatan :
1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi.
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal
3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema
4. Resiko tinggi terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan pembatasan diet
6. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
Rencana keperawatan
1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi.
Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan perfusi jaringan setelah diberikan perawatan 14 hari.
Kriteria hasil :
- Kesadaran CM
- Tekanan darah 65-108/60-68 mm Hg.
- Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3 detik, cianosis -.Rencana Rasional1. Pantau tanda dan gejala krisis hipertensi [ Hipertensi, takikardi, bradikardi, kacau mental, penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, tinitus, mual, muntuh, kejang dan disritmia], dan adanya gangguan perfusi jaringan2. Pantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi bila ada peningkatan TD sistole >160 dan diastole > 90 mm Hg
6. Kaji keefektifan obat anti hipertensi
7. Pertahankan TT dalam posisi rendah 1. Krisis hipertensi menyebabkan suplay darah ke organ tubuh berkurang.
2. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan suplay darah berkurang.
3. Efektifitas obat anti hipertensi penting untuk menjaga adekuatnya perfusi jarringan.

4. Posisi tidur yang rendah menjaga suplay darah yang cukup ke daerah cerebral

2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
Tujuan : Klien tidak menunjukan tanda dan gejala kelebihan volume cairan setelah diberikan perawatan selama 14 hari
Kriteria hasil :
- BB stabil
- Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.
- Oedema –, TD 65-108/60-68 mm Hg.
Rencana Rasional
1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan :
2. Ukur dan catat intak dan output setiap 4-8 jam
3. Ukur dan catat intak dan output setiap 4-8 jam
4. Catat jumlah dan karakteristik urine
5. Ukur berat jenis urine tiap jam dan timbang BB tiap hari
6. Kolaborasi dengan gi i dalam pembatasan diet natrium dan protein
7. Berikan es batu untuk mengontrol rasa haus dan maasukan dalam perhitungan intak
8. Pantau elektrolit tubuh dan observasi adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh
- Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia
- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan
- Hipokalsemia : peka rangsang pada neuromuskuler
- Hiperfosfatemia: hiperefleksi,parestesia, kram otot, gatal, kejang
- Uremia : kacau mental, letargi,gelisah
9. Kaji efektifitas pemberian elektrolit parenteral dan oral
1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan


3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat menunjukan adanya ketidak seimbangan cairan.
5.Natrium dan protein meningkatkan osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi cairan.
7..Rangsangan dingin ddapat merangsang pusat haus
8..Memonitor adanya ketidak seimbangan elektrolit dan menentukan tindakan penanganan yang tepat.






9. Pemberian elektrolit yang tepat mencegah ketidak seimbangan elektrolit.

3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
Tujuan : Klien tidak menunjukan kerusakan integritas kulit setelah diberikan perawatan 14 hari.
Kriteria hasil :
- Kulit hangat, kering, dan utuh, turgor baik
- Pasien mengatakan tak ada pruritus
Rencana Rasional
1. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu.
2. Jaga kulit tetap kering dan bersih
3. Bersihkan & keringkan daerah perineal setelah defikasi
4. Rawat kulit dengan menggunakan lotion untuk mencegah kekeringan untuk daerah pruritus.
5. Hindari penggunaan sabun yang keras dan kasar pada kulit klien
6. Instruksikan klien untuk tidak menggaruk daerah pruritus.
7. Anjurkan ambulasi semampu klien.
8. Bantu klien untuk mengubah posisi setiap 2 jam jika klien tirah baring.
9. Pertahankan linen bebas lipatan
10. Beri pelindung pada tumit dan siku.
11. Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat menyebabkan sirkulasi terhambat.
12. Tangani area edema dengan hati -hati.
13. Berikan suntikan dengan hati-hati .
14. Pertahankan nutrisi adekuat. 1. Mengantisipasi adanya kerusakan kulit sehingga dapat diberikan penangan dini.
2,3. Kulit yang kering dan bersih tidak mudah terjadi iritasi dan mengurangi media pertumbuhan kuman.
4. Lotion dapat melenturkan kulit sehingga tidak mudah pecah/rusak.
5. Sabun yang keras dapat menimbulkan kekeringan kulit dan sabun yang kasar dapat menggores kulit.
15. Menggaruk menimbulkan kerusakan kulit.
7,8.Ambulasi dan perubahan posisi meningkatkan sirkulasi dan mencegah penekanan pada satu sisi.
10. Lipatan menimbulkan ttekanan pada kulit.
11.Sirkulasi yang terhambat memudahkan terjadinya kerusakan kulit..
12,13. Elastisitas kulit daerah edema sangat kurang sehingga mudah rusak
14. Nutrisi yang adekuat meningkatkan pertahanan kulit

4. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi setelah diberikan perawatan
Kriteria hasil :
- Suhu 36 –37 derajat celsius
- Leukosit darah 5000 – 10.000
- Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih
- Kulit kering dan utuh
Rencana Rasional
1. Kaji efektifitas pemberian imunosupresan


2. Pantau leukosit
3. Pantau suhu tiap 4 jam
4. Perhatikan karakteristik urine, kolaborasi jikka keruh dan berbau
5. Hindari pemakaian alat/kateter pada saluran uriine
6. Pantau tanda dan gejala ISK dan lakukan tindakan pencegahan ISK.
7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci tangan yang baik.
8. Anjurkan pada klien untuk menghindari orang terinfeksi
9. Lakukan pencegahan kerusakan integritas kulit
10. Anjurlkan pasien ambulasi dini.
1.Imunosupresan berfunsi menekan sisteem imun bila pemberiannya tidak ekeftif maka tubbuh akan sangat rentan terhadap infeksi
2.Indikator adanya infeksi
3.Memonitor suhu & mengantipasi infeksi
4. Urine keruh mmenunjukan adanya infeksi saluran kemiih
5. Kateter dapat menjadi media masuknya kuman ke saluran kemih
6. Memonitor adanya infeksi sehingga dapat dilakukan tindakan dengan cepat
7. Tehnik cuci tangan yang baik dapat memutus rantai penularan.
8. Sistim imun yang terganggu memudahkan untu terinfeksi.
9. Kerusakan integritas kulit merupakan hilangnya barrier pertama tubuh
10.Ambulasi dini meningkatkan sirkulasi darah dan hidrasi dan mengegah terjadinya stasis cairan

5. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
e. Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan selama menjalani perawatan.
Kriteria hasil :
- Tidak menunjukan adanya kontraktur
- Kelemahan -, kelelahan -
- Klien beraktifitas pasif dan aktif
Rencana Rasional
1. Pantau kekurangan protein yang berlebihan [ proteinuri, albuminuria ]
2. Gunakan diet protein untuk mengganti protein yang hilang.
3. Beri diet tinggi protein tinggi karbohidrat.
4. Tirah baring

5. Berikan latihan pasif selama pembatasan aktifitas
6. Rencana aktifitas dengan waktu istirahat.
7. Rencanakan cara progresif untuk kembali beraktifitas normal ; evaluasi tekanan darah dan haluaran protein urin.
8. Kaji tingkat kemampuan anak 1. Kekurangan protein beerlebihan dapat menimbulkan kelelahan.
2. Diet yang adekuat dapat mengembalikan kehilangan
3. TKTP berfungsi menggantikan
4. Tirah baring meningkatkan mengurangi penggunaan energi.
5. Latihan penting untu kmempertahankan tunos otot
6. Keseimbangan aktifitas dan istirahat mempertahankan kesegaran.
7. Aktifitas yang bertahap menjaga kesembangan dan tidak mmemperparah proses penyakit
8. Memonitor kemampuan anak sehingga aktifitas dapat ditingkatkan.

6.. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan pembatasan diet.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat setelah diberikan perawatan hari
Kriteria hasil :
- Porsi makanan yang disediakan dihabiskan
- Mual dan muntah -
- Berat badan stabil seperti sebelum sakit [ BB seharusnya 26 – 29 kg ] sesuai dengan umur, tipe tubuh.
- Albumin darah 3.5 – 4,5
- Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
Rencana Rasional
1. Kaji status nutrisi klien
2. Pantau BB klien tiap pagi..
3. Kolaborasi dengan tentang diet, kebutuhan kalori dan hal-hal yang lebih disukai klien..
4. Berikan kesempatan klien untuk mengemukakan perasaannya tentang diet.
5. Bersikap empati dan beri penjelasan tentang batasa diet.
6. Lakukan oral higiene
7. Berikan makan sedikit tapi sering.
8. Hentikan makan bila klien merasa mual
9. Ajarkan cara mencegah terjadinya muntah.
10. Berikan lingkungan yang menyenang selama makan
11. Pantau persentase makanan yang dimakan.
12. Kolaborasi dalam pemeriksaan albumin darah, protein darah dan Hb, Ht, Fe.
1. Mengetahui status nutrisi untuk menetukan kebutuhan nutrisi.
2. BB merupakan indikator nutrisi yang adekuat
3. Kolaborasi untuk asupan nutrisi yang adekuat.
4,5Mengetahui masalah anak dalam pemenuhan nutrisi sehingga dapat ditangani dengan tepat
6 Higiene oral yang baik meningkatkan sensitifitas pengecap
7 Porsi sedikit tapi sering mencegah muntah karena adanya penekanan abd .
Mual dan muntah mnghambat asupan nutrisi
10 Lingkungan yang mendukung akan meningkatkan selera makan anak
11 Jumlah makanan yang dimakan menentukan apakah intake nutrisi adekuat
12 Kadar albumin, Hb dan Fe menentukan kecukupan nutrisi

Diagnosa keperawatan :
1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi.
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal
3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema
4. Resiko tinggi terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan pembatasan diet
6. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT
DI RUANG ANAK RSUD DR SOETOMO
SURABAYA


f. Pengertian
Glumerulonefritis akut [ GNA ] adalah penyakit yang menyerang glomeruli dari kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap bakteri atau virus tertentu.

GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun, lebih sering pada pria.
Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit.

Tindakan keperawatan
Waktu No. Dx. Kep Tindakan Paraf perawat
Selasa
28-8-01
07.30 WIB









08.00 WIB





09.15 WIB







10.00 WIB
























12.00 WIB











13.00 WIB














13.15 WIB
1.












2.













3.























4.











5.















6






















1. Memantau tanda dan gejala krisis hipertensi [ T 140/100, Nadi 100x/menit, kacau mental-, penurunan tingkat kesadaran-, sakit kepala-, tinitus-, mual-, muntah-, kejang- dan disritmia -].
2. Memantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi bila ada peningkatan TD sistole >160 dan diastole > 90 mm Hg
3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi / Nifedipin 1,9 mg dan memberikan extra saat TD diastol > 100 mm Hg, ‘ suster tensinya kenapa ndak turun-turun yaa ?. Menjelaskan bahwa tensi tidak bisa stabil/ baik dengan cepat, perlu waktu dan ibu diharapkan bersabar.
4. Mempertahankan TT dalam posisi rendah

1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan : edema anasarka,
2. Menghitung intake dan output hari sebelumnya : minum 600 cc, infus 340 cc , urin 700 cc perkateter warna kuning jernih, endapan -.
3. Menimbang BB 18 kg
4. Kolaborasi dengan gi i dalam pembatasan diet natrium dan protein
5. Mendiskusikan dengan ibu tentang pembatasan cairan, rencana minum hari ini, cara mengukur jumlah minum dan pentingnya mengukur intake output.
6. Membujuk anak agar mau minum sesuai jumlah yang ditentukan sedikit demi sedikit

1. Mengkaji kulit : kemerahan -, kerusakan -, memar+ bekas insersi jarum HD dan infus di rawat dengan bioplasenton, turgor kurang dan suhu 36.6 derajat Celcius. “ punggungku gatal bu “
2. Menjelaskan kepada ibu untuk :
a. Menjaga kulit tetap kering dan bersih
b. Menbersihkan & keringkan daerah perineal setelah defikasi
c. Merawat kulit dengan menggunakan lotion untuk mencegah kekeringan untuk daerah pruritus.
d. Menggunakan sabun yang lembut
e. tidak menggaruk daerah pruritus menggunakan kuku tetapi menggunakan ujung jari.
f. Menganjurkan beraktifiitas semampu klien.
g. mengubah posisi setiap 2 jam.
h. Mempertahan linen bebas lipatan
i. Menangani area edema dengan hati -hati
3. Mencegah terjadinya penekanan pada daerah yang menonjol dan tertekan.
4. Merawat daerah insersi infus dengan tehnik septik aseptik
5. Mempertahankan nutrisi adekuat dengan menjelaskan kepada ibu untuk memberikan makan sedikit demi sedikit semampu anak

1. Memantau diet yang diberikan [ diet protein untuk mengganti protein yang hilang.]
2. Menjelaaskan diet anak kepada ibu klien yaitu tinggi protein tinggi karbohidrat.
3. Memberikan latihan pasif dengan menggerakan tangan dan kaki semampu anak dan menganjurkan berubah posisi tidur
4. Memberikan kesempatan klien untuk tirah baring.
5. Merencanakan untuk aktifitas dengan waktu istirahat yang seimbang dengan ibu klien, evaluasi tekanan darah sebelum dan setelahnya.

1. Memantau suhu tiap 4 jam : suhu 36.5 derajat Celsius
2. Memperhatikan karakteristik urine : urine jrrnih, endapan -, darah-, warna kuning .
3. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan kateter dengan cara membersihkan daerah genitalia dari depan kebelakang dan membersihkan kateter / mendemontrasikan caranya. Ibu mengangguk.
4. Memantau tanda dan gejala ISK: kemerahan dan sakit disekitar urofisium -.
5. Menjelaskan kepada ibu tehnik septik aseptik: mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak, menjaga alat-alat makan yang bersih, menjaga kebersihan perseorangan.
6. Menganjurkan pada ibu untuk membatasi pengunjung terutama yang sedang sakit.
7. Pantau leukosit

1. Mengkaji status nutrisi klien : makan sedikit, susu hangat diminum 50 cc
2. BB 18 kg.
3. Kolaborasi dengan tentang diet, kebutuhan kalori dan hal-hal yang lebih disukai klien..
4. Memberikan kesempatan klien untuk mengemukakan perasaannya tentang diet. “ makanannya tidak enak , aku mau bakso “
5. Bersikap empati dan memberi penjelasan tentang batasan diet kepada anak .
6. Menganjurkan kepada ibu membersihkan gigi/mulut anak.
7. Kolaborasi dalam pemeriksaan albumin darah, protein darah dan Hb, Ht, Fe.
8. Menjelaskan kepada ibu untuk memberikan makan sedikit tapi sering dan menghentikan makan bila klien mual / muntah
9. Mengajarkan cara mencegah muntah dengan menarik napas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari mulut..
10. Mendiiskusikan dengan ibu untuk membuat anak senang saat akan makan dan selama makan.
11 Klien makan 1/3 porsi nasi ¼ porsi lauk
Catatan Perkembangan
Waktu No.Dx.Kep. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap perawat
Selasa
28/8/01 1.








2.






3.




4..







5.






6.
S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM
Tekanan darah 130/100 mm Hg
Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3 detik, cianosis -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 17 kg
O : BB 18 kg
Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.
Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap
O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah
O : Suhu 36 –37 derajat celsius
Leukosit darah 5000 – 10.000
Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .
O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak lemah -
- Klien beraktifitas kalau ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

Catatan Perkembangan
Waktu No.Dx.Kep. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap perawat
Rabo
29/8/01








































1.








2.






3.




4..







5.






6.
S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM
Tekanan darah 130/100 mm Hg
Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3 detik, cianosis -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 1 kg
O : BB 18 kg
Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.
Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap
O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah
O : Suhu 36 –37 derajat celsius
Leukosit darah 5000 – 10.000
Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .
O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak lemah -
- Klien beraktifitas kalau ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

Catatan Perkembangan
Waktu No.Dx.Kep. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap perawat
Kamis
30/8/01 1.








2.






3.




4..







5.






6.
S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM
Tekanan darah 130/100 mm Hg
Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3 detik, cianosis -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 1 kg
O : BB 18 kg
Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.
Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap
O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah
O : Suhu 36 –37 derajat celsius
Leukosit darah 5000 – 10.000
Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .
O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak lemah -
- Klien beraktifitas kalau ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

Catatan Perkembangan
Waktu No.Dx.Kep. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap perawat
Jumat
31/8/01 1.








2.






3.




4..







5.






6.
S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM
Tekanan darah 130/100 mm Hg
Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3 detik, cianosis -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 1 kg
O : BB 18 kg
Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.
Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap
O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah
O : Suhu 36 –37 derajat celsius
Leukosit darah 5000 – 10.000
Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .
O : - kontraktur -
- Anak tidur terkulai, tampak lemah -
- Klien beraktifitas kalau ddibantu
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3 porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana


Itu tadi adalah ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT

baik Sekianlah artikel ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT dengan alamat link https://ners-ngenes.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html

0 komentar

Posting Komentar